[Ficlet] FALL DOWN

falldown copy

a ficlet by junlois

Kim Seokjin [BTS] x  Min Yoo Rin [OC]

Sad, Hurt, Life | General

“Aku punya banyak waktu. jadi ayo perbaiki!”

.

-0-

 .

 

Dimasa sekolah, Seokjin itu wataknya manis dan perhatian. Tapi setelah lulus dari bangku sekolah, lalu beranjak ke bangku kuliah kemudian berakhir berkarir dengan bidang masaknya. Seokjin berubah haluan, menjadi dingin dan Cuma pokus mengoseng racik masakannya, begitu bangga mempersembahkan kepada para tamu diluar dapur.

Dari seluruh kesibukannya di dunia masak-memasak. Ia lupa akan seseorang. Lupa Yoorin sang gadis, kadang kala harus sengaja datang ke restoran untuk menggandeng Seokjin pergi kencan.

Suatu ketika Seokjin menolak, melepas tautan lengan Yoorin yang gelantungan di tangkai kekarnya. Alih-alih pun Yoorin mulai habis kesabaran lalu menyempurnakan segera kekesalannya dengan kata ‘pisah’.

Semua orang terdongak seketika di meja strategis itu, bertatap heran mengapa pelanggan tersebut bisa terlibat cekcok dengan chef di bilik dapur.

Sesungguhnya Seokjin masih mengenakan seragam kebanggaannya. akan tetapi mendengar Yoorin datang untuk seperkian kali ke tempat kerjanya, lalu menyuruh untuk menemuinya sesegera mungkin. Seokjin pasrah, dan berjanji hanya sekadar menemui, tidak lebih barang sejenak meninggalkan tempatnya.

Terlihat lah, air mata Yoorin berlinang derai membanjiri kedua gunduk pipi tembamnya. Gemeletuk bibir tipisnya terus melontar umpatan kecil atas perlakuan Seokjin tak senyaman dulu. bahkan rahangnya beberapa detik mengeras kaku lantaran benci teramat benci melihat Seokjin yang berbeda.

Sementara pada ia sendiri. hanya diam, hanya merunduk malu, merekatkan kepalan erat, lalu menyimpulkan benak yang tak begitu ia pahami. Sebelum Seokjin buka suara. Gadis itu telah lebih dulu pergi, menyerobot tas selempangnya dengan tergesa-gesa akan luka. Seokjin tak langsung mengejar. Ia pantas mendengar dahulu bisikan sinis dari pelanggan tentang dirinya.

.

Genap satu minggu kejadian itu berlalu. Secara telaten Seokjin mengemasi atribut kokinya dari loker satu persatu. Empat orang laki-laki juga dua orang perempuan adalah junior di bilik dapur—telah ia anggap saudara. pun kini mereka merunduk bergantian, menekuk seluruh mimik wajah penuh keengganan.

Seokjin tersenyum getir, mendesis beberapa sesi sambil melipat rapi jubah putih kebanggaanya, satu-satunya barang terakhir dari loker. Semua tahu bahwa ia belum berpenuh hati ingin pergi dari tempat ini. namun, karena kerisauan juga rasa bersalah yang menggelayuti selama satu minggu itu. membuatnya habis pikir, dan memutuskan ambil cara seperti ini agar terlihat adil.

            “Yeah, aku menyia-nyiakannya karena larut dalam duniaku. Maka pantas pula aku merasakan apa yang dirasanya selama ini.” seiring bunyi sret dari tas gendong pekatnya, Seokjin menyempurnakan pandang kepada mereka, murid-muridnya di bilik dapur.

            “Kau tidak perlu sebodoh ini untuk meninggalkan duniamu, kau bisa cari yang satu tipe seperti dia. dan tidak harus dia lagi, bukan?” senyum tipis itu lekas tergambar. Bersama itu pula ketika Jungkook si pelontar tadi maju satu langkah mendekati Seokjin yang duduk di bangku panjang.

            “Hyung! pikirkan lagi, kumohon!”

            “Jungkook-a,” Tangkai Seokjin tersampir halus di bahu sang lelaki, meremas erat lalu terdengarlah  kemudian bunyi sesapan bibir juga kalimat berupa,

            “Ketahuilah, kau juga akan mengalami hal serupa di kemudian hari. Di saat waktu berhargamu untuk orang terkasih mulai menyempit hingga terbuanglah sisa-sisa jaraknya. Di saat itu juga, kata sesal akan menggerogoti jantungmu hingga rasanya mati berdetak.” Tepukan bahu terhitung dua kali, gurat senyum getirnya terpatri,

Disaat itulah tak ada kata-kata cegahan lagi, barang tercetusnya kalimat terakhir Jin barusan. kalimat yang  sukses membuat mereka merenung dan merunduk upaya mencerna. Begitu pula Jungkook, kemudian mengangguk tanda berupa pasrah.

.

.

.

Demikianlah Seokjin resmi keluar dari tempat yang telah memberinya kehidupan. akan tetapi, kehidupan itu tak akan sempurna bilamana ia berubah tega mencampakkan seseorang yang di kasihnya.

            “Aku rela, Yeah—anggap saja penebus dosa.”

Bisingnya lalu lalang kendaraan menyamarkan gumam tersebut. dalam rasa lapang, desah kerelaan, juga sesap bibir beratnya mengiringi langkah menuju persimpangan halte. Menggendong tas berisi atribut kebanggananya yang entah setelah itu akan di simpan ataupun di kenakan lagi dimana.

Jelasnya… Seokjin akan merasa lega jika ia tidak menyesali keputusan tersebut.

            “Seokjin-a!” alih-alih suara lenting itu terlontar dari balik punggungnya. Maka Seokjin berniat menoleh. Namun urung kala sang gadis terdengar dari derapnya mulai menghampiri perlahan.

Terduduklah Seokjin juga Yoorin di bangku halte. Desing kendaraan pun lalu lalang di hadapan, tak jua suara decit bus hijau ikut berhenti, membuka pintu otomatis sekadar menawari tumpangan. Tetapi mereka bertindak menolak atau diam termangu, menautkan jemari sambil menebar luaskan suasana canggung.

Rin yang awal mulanya berani-berani saja memanggil Seokjin dari kejauhan. tiba-tiba ikut diam dan Cuma mengulum senyum.

Begitupun Seokjin, tidak—

Tidak sebelum ia berdeham lalu mengatakan,

            “Hari ini kau punya waktu?”

Jawab Yoorin cuma menggeleng tanda tidak. jujur, bagus untuk Seokjin. dalam hati pula bersorak ria. ia menambahkan,

            “Kalau begitu kita pergi sekarang!” tanpa basa-basi, pun lengan Seokjin beralih cepat menggenggam tangan sang gadis, menyeretnya tiba-tiba masuk ke dalam bus hijau yang sejak tadi mondar-mandir.

Tak sempat berkata ‘kemana’. Yoorin dalam hati mau saja di ajak Seokjin dengan tingkah antusias semacam itu. kendati keheningan di atas roda bus yang berputar, rasa canggung kembali berselimut. Mereka merasa lega karena mulai bisa melihat titik terang suatu peluang.

Pada akhirnya, Seokjin kembali di hadapkan pada situasi gugup, debar jantungnya sulit terkontrol, rasa-rasanya seperti kembali terbanting ke masa sekolah. saat dimana pertama kalinya ia berani menyatakan cinta kepada Rin.

  “Aku punya banyak waktu sekarang, jadi ayo kita perbaiki!”. Imbuh Seokjin antusias, mengubah segera posisi duduknya ke arah Rin. dan sungguh, rasanya lega! sekaligus tegang di bawah kendali detak jantungnya manakala jawaban dari Rin belumlah keluar sempurna.

Iya. Rin berusaha menjawab setenang mungkin berupa,

.

.

.

“Maaf Jin, Seseorang telah memperbaikinya lebih dulu”.

.

.

.

 


.

.fin

2 respons untuk ‘[Ficlet] FALL DOWN

  1. satu kata beb buat ngegambarin isi hatinya Seokjin, NYESEK –” dia udah rela berhenti dari pekerjaannya cuma buat yoorin, but yoorin udah punya cowo lain pan rasanya… kaga tau dah rasanye gimana jadi si Seokjin :v btw visit+followback blog ane yeh. oh ya, gua temen FB lu, Risma.

    Disukai oleh 1 orang

    1. ahaha begitulah kehidupan (?).. emang nyesek beb :’D
      thanks udah nimbrung kesini :v udah kok, kita udah polow2an 😀

      Suka

Tinggalkan komentar